Breaking

Selasa, 22 November 2022

KH. Aceng Zakaria Dan Responnya Terhadap Paham Radikalisme



Garut. Kabar duka tengah menyelimuti Jama'ah Persatuan Islam (Persis) atas wafatnya KH. Aceng Zakaria, pada Senin (21/11/22) pukul 21.45 WIB.


KH. Aceng Zakaria wafat di Garut, sebelumnya sempat menjalani perawatan intensif di salah satu Rumah Sakit (RS) di Garut.


Baca Juga: http://www.nugarut.or.id/2022/11/gelar-pembinaan-organisasi-mwc-nu-garut.html


Melalui pamflet dan keterengan yang ditulis di media sosial pribadiya, sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut, Ir. Deni Rangga Jaya menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya KH. Aceng Zakaria, mantan ketua umum PP Persis masa jihad 2015-2022 tersebut.


"Mewakili segenap pengurus PCNU Kabupaten Garut, kami mengucapkan turut berduka cita, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT," tulis Ir. Deni.


Selanjutnya, telah kami rangkum sekilas tentang KH. Aceng Zakaria dan kiprahnya dalam dunia kepenulisan.


KH. Aceng Zakaria lahir di Garut 11 Oktober 1948 dari sebuah keluarga sederhana di kampung Sukarasa desa Citangtu Babakanloa Wanaraja. Ayahnya seorang ulama terkemuka di desanya. Oleh karena itu KH. Aceng Zakaria hidup berkembang di dalam lingkungan religius yang berpendidikan.


KH. Aceng Zakaria memulai pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat (SD) Babakan Loa Garut hingga tahun 1967. Disamping itu, ia biasa mengaji kitab-kitab kuning, seperti Safinah, Tijan Jurumiyah dan Imriti yang diadakan di rumah saudara kakaknya yang juga seorang ulama. Karena ketekunanya menelaah kitab kuning ia telah menamatkan Safinah, Tijan Jurumiyah dan Imriti ketika lulus SR.


Setelah menyelesaikan pendidikannya di SR, kedua orang tuanya tidak menyuruh KH. Aceng Zakaria untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah formal. Namun kakanya, Asep Barhoya yang pernah tamat SMP meminta dia untuk melanjutkan sekolah ke SMP.


Akhirnya ia pun memilih belajar agama di rumahnya sendiri sekaligus meringankan beban orangtuanya dengan membantu berladang di sawah dan kebun.


Baca Juga: http://www.nugarut.or.id/2022/11/dukung-program-opop-rmi-nu-kabupaten.html


Di samping itu juga dia aktif berorganisasi di PII (Pelajar Islam Indonesia) Wanaraja dan beberapa kali kerap disuruh untuk berceramah di depan masyarakat.


Keahliannya dalam membaca Arab gundul, memutuskan dia untuk mengajar kitab-kitab kuning kepada para santri di lingkungan rumahnya. Hingga pada akhirnya sekitar tahun 1969, Ustadz yang dulu suka memperbaiki jam ini, memutuskan untuk berangkat ke Bandung dan mencoba sekolah di Pesantren Persatuan Islam (Persis) Pajagalan.


Selain seorang penceramah, beliau juga memimpin organisasi Persatuan Islam dan Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango, itulah berbagai kesibukan mengisi hari-hari sang ulama asal Garut KH Aceng Zakaria. Namun kesibukan tersebut, sang ulama yang telah melahirkan karya Tata Bahasa Arab Populer “Al-Muyassar Fi ‘Ilm Al-Nahwi”, terus menulis puluhan buku lainnya. Buku-buku karya KH Aceng Zakaria menyentuh berbagai disiplin ilmu, mulai dari Aqidah, fiqih, bahasa, doa maupun tafsir.


Bakat menulis Kiai Haji Aceng Zakaria, lelaki yang dilahirkan di kaki Gunung Guntur, Kabupaten Garut (Jawa Barat), 11 Oktober 1948 itu, ternyata sudah tampak sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Bakat inilah yang kemudian berkembang, tumbuh di lahan yang subur ilmu, bernama pesantren. Selepas lulus SD, Ustaz Aceng, demikian dia biasa dipanggil, sudah bisa mengajarkan fikih, akhlak, nahwu, dan tasfir di lingkungan tempat tinggalnya ketika itu. Bukan saja mengajar, tetapi juga menyusun pelajaran, baik bahan pelajaran yang akan diajarkan, maupun catatan pelajaran yang sudah diajarkan. Semuanya ditulis tangan, apalagi ketika itu mesin tulis saja belum begitu merata.


Ustaz Aceng sediri adalah anak keempat dari lima bersaudara (Nyimas Ipok, Asep Bahroya, Atep Tantowi, Aceng Zakaria, dan Cucu). Bagi Ustaz Aceng, tak ada waktu khusus untuk menulis, seperti diakuinya, dalam setiap agenda mengisi pengajian, paparan sambutan, sebelum mengisi tablig akbar. Semua mengalir begitu saja, kapan saja, ketika ada dalam kendaraan, atau bahkan sedang berdakwah di mimbar. Ketika datang inspirasi, maka baris demi baris tulisan disusun rapi, untuk kemudian jadi sebuah catatan. kegiatan itu ia lakukan mulai saat menjadi ketua umum PP PERSIS 2015 – sampai sekarang.




Salah satu karyanya yang monumental di bidang akidah adalah "Menguak Hakikat Syahadat Bai'at dan Jama'ah Muslimin". buku ini, untuk menjawab keadaan yang terjadi di masyarakat. Hal ini karena, menurut KH Aceng Zakaria, pengertian Bai’at dan Syahadat itu banyak disalahgunakan dan disalah tafsirkan, sehingga membuat resah di kalangan umat Islam.


Terkait Intoleransi dan Radikalisme, KH Aceng Zakaria menilai, tidak terlepas dari pemahaman tentang keislaman. Hal ini, Menurutnya, apabila memahami keislaman secara parsial tidak integral, maka sering mendikotomi atau sering menuduh orang lain yang tidak sepaham adalah dianggap lawan.

Sumber: berbagai informasi

Pewarta: M.Y.A Sastradimadja


Baca Juga: http://www.nugarut.or.id/2022/11/ambil-peran-dalam-upaya-pengentasan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar